Sabtu, 08 Juni 2013

21.41 - No comments

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontraksi Otot

1. Treppe (atau disebut juga Staircase Effect), yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan yang berselang beberapa detik, pengaruh ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion Ca++ di dalam serabut otot yang meningkatkan pola aktivitas miofibril.
2. Summasi merupakan hasil penjumlahan kontraksi 2 jalan, yaitu summasi unit motor berganda dan summasi gelombang. Summasi unit motor berganda (Multiple Motor Unit Summation) terjadi apabila lebih banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara stimultan pada otot. Oleh karena itu, semakin banyak serabut otot dan berkas-berkasnya yang berkontraksi dan menghasilkan kekuatan yang lebih besar di dalam otot secara keseluruhan. Summasi gelombang (Wave Summation) terjadi apabila frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada unit-unit motor. Jadi, frekuensi rangsangan sedemikian rupa sehingga kontraksi yang pertama belum juga selesai meski kontraksi berikutnya sudah mulai. Dua kontraksi itu menjadi aditif yang tentunya meningkatkan kekuatan kontraksi.
3. Tetani (tetanus) terjadi apabila frekuensi stimulasi (summasi gelombang) menjadi demikian cepat sehingga tidak ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan tegangan kontraksi, tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah tercapai.
4. Fatigue merupakan menurunnya kapasitas bekerja yang disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri (ATP total yang tersedia jumlahnya menurun, tenaga untuk kontraksi menurun juga dan otot akan semakin melemah). Muscle fatigue (kelelahan otot) menurunnya kekuatan kontraksi setelah berlangsungnya stimulasi yang berkepanjangan. Ischemia, kontraksi otot menekan pembuluh darah di dalam otot dan oleh karenanya menurunkan suplai atau aliran darah apabila terjadi kontraksi yang berkepanjangan. Cramp otot, yaitu ischemia disertai menumpuknya asam laktat.
5. Rigor dan Rigor Mortis
Rigor kelelahan yang  berlebihan , hal ini terjadi apabila sebagian terbesar ATP dari dalam otot setelah dihabiskan, kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke dalam reticulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaankalsium. Oleh karena itu, relaksasi tidak bisa terjadi karena filamen aktin dan myosin terikat dalam suatu ikatan yang erat.

Rigor mortis pada dasarnya sama dengan rigor, kecuali terjadi beberapa jam setelah kematian. ATP tidak lagi tersedia, otot kehilangan tonus, dan kalsium sedikit demi sedikit dilepaskan dari reticulum sarkoplasma. Tonus yaitu tegangan ditunjukkan oleh semua otot pada saat istirahat.

source: Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar