Sabtu, 08 Juni 2013

22.23 - No comments

LIPID (BIOKIMIA)

            Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, dan manusia serta yang bermanfaat bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipid meliputi lemak dan senyawa-senyawanya yang berkaitan. Suatu lipid tersusun atas asam lemak dan gliserol. Lipid bersifat larut dalam berbagai pelarut lemak termasuk eter, kloroform, dan zikene, tetapi tidak larut didala air (Frandson, 1992), sedangkan lipid menurut Lehninger (1990), yaitu senyawa organic berminyak atau berlemak yang tidal larut di dalamair, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform atau eter. Lipid digolongkan menjadi lipid sederhana,lipid gabungan, dan lipid derivate. Lipid sederhana adalah ester dari asam-asam lemah dan alcohol dan termasuk macam-macam lemak (ester asam lemak dan gliserol) dan wax (ester asam lemak dan alcohol selain gliserol). Lipid gabungan mengandung beberapa gugus selain alcohol dan asam lemak, seperti asam fosfor, nitrogen, atau karbohidrat. Lipid derivate merupakan senyawa yang dihasilkan oleh hidrolisa lipida sederhana ataupun lipida gabungan (Frandson, 1992).
Berdasarkan sumbernya, lipid dikelompokkan sebagai lemak hewan (animal fat), lemak susu (milk fat), minyak ikan (fish oil), dll. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid dibagi menjadi lipid sederhana (simple lipids), lipid majemuk (compound lipids), dan lipid turunan (derivate lipids). Klasifikasi lipid ke dalam lipid majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak yang dapat di sabunkan, sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak dapat di sabunkan. Lipid dibagi menjadi 8 golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya, yaitu asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, dan lipid kompleks. Lipid seperti lilin (wax), lemak, minyak, dan fosfolipid adalah ester yang jika dihidrolisis dapat menghasilkan asam lemak dan senyawa lainnya termasuk alkohol.
Beberapa peranan biologi yang penting dari lipid menurut Wirahardikusumah (1985) adalah sebagai: (1)komponen struktur membran; (2) lapisan pelindung pada beberapa jasad;(3) bentuk energy cadangan; (4) komponen permukaan sel yang berperan dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa kimia di luar sel, seperti dalam proses kekebalan jaringan; dan (5) sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui membran. Lipid (emak dan minyak) dalam bentuk trigliserol juga berperan sebagai sumber penyimpan energi, lapisan pelindung, dan insulator organ-organ tubuh. Beberapa jenis lipid juga berfungsi sebagai sinyal kimia, pigmen, vitamin, dan hormon.
            Molekul lemak tersusun dari unsur-unsur C,H O, dan terkadang terdapat unsurP dan N. Lemak umumnya disusun oleh trigliserida (lemak netral) yang terdiriatas gliserol dan tiga asam lemak. Lemak mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai sumber energy tetap yang menyediakan 9,3 kalori per gramnya, pembawa zat-zat makanan essensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, pelindung tubuh dari suhu dingin dan luk,penyimpan cadangan makanan, penyedap makanan, dan penahan rasa lapar (Priadi, 2009). Perbedaan antara lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar (Panangan dkk., 2011).
            Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24; asam lemak memilikigugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut didalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger, 1990). Berdasarkan tingkat kejenuhannya, asam lemak digolongkan menjadi dua, yaitu asamlemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (Priadi, 2009). Asam lemak jenuh, atom-atom karbon yang berdekatan dihubungkan oleh ikatan valensi; mempunyai atom hidrogen dua kali lebih banyak dari atom karbonnya; dan tiap molekulnya mengandung dua atom oksigen. Asam lemak tak jenuh mengandung lebih sedikit dari dua kali jumlah atom hydrogen sebagai atom karbon, serta satu atau lebih pasanganatom-atom karbon yang berdekatan,  dihubungkan oleh ikatan rangkap (Frandson, 1992). Umumnya, jumlah asam lemak tidak jenuh dua kali lebih banyak dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada kedua lipida hewan dan tumbuhan (Lehninger, 1990). 
Source:
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Erlanggga. Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Priadi, Arif. 2009. Biology 2 for Senior High School Year XI. Yudhistira. Bogor.
Wirahardikusumah, Muhamad. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan
Lipid. ITB. Bandung.

·         Wirahardikusumah, Muhamad. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid. ITB. Bandung.

Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama membran sel dan berperan mengatur jalannya metabolisme di dalam sel.
Trigliserida merupakan senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan. Lipid tumbuhan mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dan sedikit senyawa sterol.

Proses metabolisme lipid sebagi komponen bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan, dimulai dengan proses pencernaannya di dalam usus halus. Enzim lipase yang terdapat di dalam lambung tidak dapat melakukan tugasnya karena suasana keasaman lambung yang terlalu tinggi, pH 1,2-2,5. Enzim lipase yang dikeluarkan oleh kantung empedu, pancreas, dan sel usus halus, mengkatalisis proses hidrolisis ikatan ester pada trigliserida menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol . Dua golongan lipid lainnya, fosfolipida dan kolesterol ester, mengalami proses hidrolisisdengan dikatalisis oleh berbagai macam enzim lipase, seperti fosfolipase –A, -B, -C,-D dan kolesterol esterase.

·         Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Metabolism adalah istilah untuk menunjukkan perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya.
Metabolism basal ialah istilah untuk menunjukkan jumlah keseluruhan aktivitas metabolism dengan tubuh dalam keadaan istirahat fisik dan mental, dalam keadaanini diperlukan oksigen paling sedikit karena jaringansedang bekerja paling sedikit.
Kecepatan metabolism basal diukur pada orang yang sedang istirahat di tempat tisur, belum makan atau minum sewaktu malam dan yang belum terganggu. Kecepatan metabolismebasal pada penyakit dipengaruhi oleh beberapa kelainan pada kelenjar tiroid. Kegiatan kelenjar tiroid yang berlebihan menaikkan kecepatan metabolism, seperti pada hipertiroidisma. Kekurangan kegiatan kelenjarnya merendahkan kecepatan metabolism, seperti pada kretinisma dan mixudema.
Factor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolism mencakup ukuran tubuh, umur, seks, iklim yang mencakup derajat panas, jenis pakaian yang dipakai, dan jenis pekerjaan.  
-Lemak yang tidak segera diperlukan setelah diabsorpsi disimpan tubuh di dalam jaringan adipose. Bila diperlukan maka akan dikeluarkan dari tempat penyimpanan itu dan di dalam hati diubah menjadi gliserol dan asam lemak, yaitu bentuk yang paling mudah dapat digunakan di dalam tubuh.
Bila lemak telah dimetaboliskan oleh hati maka terdapat residu (ampas) daripada zat keton yang oleh hati lebih banyak dihasilkan daripada yang dapat digunakan makadi dalam darah menjaditertimbun dan menyebabkan keadaan yang disebut ketosis. Hal ini terjadi pada orang yang kelaparan bila tubuh tidak mempunyai sesuatu untuk digunakan selain lemak di dalam jaringan adipose; pada diabetes dan pada diit yang berisi terlampau banyak lemak dan kurang karbohidrat.


 -Pencernaan. Lipase gastric menghasilkan sedikit hidrolisa lemak
Lipase pancreas                                 memecahkan lemak menjadi gliserin dan asam lemak
Lipase usus
-Absorpsi gliserin dan asam lemak oleh lacteal yang disalurkan ke duktus torasika dan masuk ke dalam aliran darah.
Di dalam darah- lemak  diantarkan ke setiap sel tubuh.
Hati membantu mengoksidasikan lemak dan mempersiapkan lemak untuk disimpan di dalam jaringan. Istilah desaturasi lemak adakalanya digunakan untuk menggambarkan kegiatan persiapan hati atas lemak. Di dalam jaringan – sebagian dari lemak dioksidasikan (dalam keadaan ada karbohidrat) untuk memberi panas dan energy. Beberapa bagian lemak disimpan di dalam tempat penyimpanan lemak. (Lemak simpanan ini mengandung vitamin A dan D).
Produk buangan ini sebagai hasil pembakaran lemak didalam jaringan diekskresikan:
Oleh paru-paru, air, dan karbon dioksida,
Oleh kulit, air,dan
Oleh ginjal, air.

Dua factor pengendali metapolisme paling penting adalah system persarafan (yang pusat dan yang tak sadar) dan organ endokrin.

22.16 - No comments

“KEPEMIMPINAN IDEAL BAGI INDONESIA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA: ING NGARSO SUNG TULADHA, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI”

MAKALAH
KEPEMIMPINAN
“KEPEMIMPINAN IDEAL BAGI INDONESIA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA: ING NGARSO SUNG TULADHA, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI”




Oleh
Anggota …..



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang memiliki corak kebhinekaan, baik etnis, suku, budaya, maupun keragaman dalam politik dan ekonomi. Karena hal itu, kerap menimbulakan pola pikir yang mementingkan kelompok atau primordialisme.
Kondisi yang demikian menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum, masih sulit mengadakan penyesuaian terhadap hadirnya nilai-nilai baru. Oleh karena itu, diperlukan sosok kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan keragaman tersebut dan dapat memadukan atau menggali inspirasi dari nilai-nilai luhur Nusantara dan nilai-nilai kamajuan universal, yang disebut dengan Kepemimpinan Ideal.

1.2  Identifikasi Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan pemimpin?
2.      Apa yang dimaksud dengan ideal?
3.      Bagaimana kepemimpinan ideal bagi Indonesia menurut Ki Hajar Dewantara sesuai dengan semboyan “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”?





BAB II
PEMBAHASAN

Kepemimpinan adalah seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Berbagai teori kepemimpinan telah dikemukakan oleh berbagai ahli, baik para ilmuan dari negara-negara asing, sampai pada ilmuan-ilmuan lokal kita. Teori kepemimpinan telah dipelajari dalam jangkauan yang tidak singkat waktunya. Namun, sampai sekarang masih selalu diperdebatkan kepemimpinan model apa yang cocok untuk diterapkan dalam berbagai situasi terutama di negara indonesia ini.
Studi tentang kepemimpinan sudah sangat tua dan melahirkan begitu banyak teori, mulai dari the great men theory yang menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan, kemudian dilanjutkan dengan teori sifat yang mencoba menidentifikasi kepemimpinan berdasarkan sifat-sifat yang melekat pada pemimpin yang berhasil, kemudian lahir teori prilaku yang menanalisis kepemimpinan yang berhasil itu ditentukan oleh prilaku-prilaku tertentu, dan teori kontingensi yang menganalisis bahwa kepemimpinan itu harus didasarkan pada situasi dan kondisi dimana kepemimpinan itu dijalankan. Inilah garis besar teori kepemimpinan yang berkembang selama ini. Namun pada tataran teori ini tidak satupun teori yang bisa menjelaskan konsep teori apa yang cocok untuk situasi kondisi yang ada di indonesia sebagaimana yang dijelaskan oleh teori situasional atau kontingensi. Berikut pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli:
1.      Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:49)
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agarmereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yangdiinginkan.
2.      George R. Terry (dalam Kartini Kartono, 1994:49)
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agarmereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
3.      K. Hemphill (dalam M. Thoha, 1996:227)
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertidak yangmenghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencarijalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
4.      Prof. Kimball Young (dalam Kartini Kartono,1994:50)
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadiyang sanggup mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuatsesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan olehkelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagisituasi khusus.
Berbeda dengan kepemimpinan, pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartini Kartono, 1994).Pemimpin dalam pengertian lain, ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
Kata ideal, dari kata dasarnya, memberi implikasi bahwa apapun yang ideal harus mengabdi kepada suatu IDE, dan bagi saya ide itu adalah menjadikan Indonesia ini (jauh) lebih makmur, lebih terhormat dan lebih merdeka sebagai NKRI. Jadi ide ini yang mengurung dan mengarahkan kita dalam memikirkan karakter2 seperti apa yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk membawa kita mencapai kondisi ideal itu. Semoga jelas sekarang apa maksud saya dengan 'ideal'.
Tut Wuri Handayani, sebagai nilai-nilai bangsa Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Filosofi “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani” nyatanya begitu melekat di benak hingga saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhirnya menemukan bahwa terdapat kesesuaian antara filosofi tersebut dengan kepemimpinan yang ideal untuk bangsa Indonesia.
Ing ngarsa sung tuladha. Filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang yang berada di garis depan atau seorang pemimpin, harus bisa memberi contoh kepada para anggotanya. Seorang leader akan dilihat oleh followernya sebagai panutan. Follower tidak hanya memperhatikan perilaku dari seorang leader secara pribadi, namun juga meliputi sejauh mana nilai-nilai budaya organisasi telah tertanam dalam diri leadernya, bagaimana cara leadernya dalam mengatasi masalah, sejauh mana leader berkomitmen terhadap organisasi, sampai kerelaan seorang leader untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, sepatutnya seorang leader memiliki karakteristik-karakteristik yang dapat menjadi teladan untuk para followernya. Leader yang memiliki charisma atau seorang pemimpin yang kharismatik akan lebih mudah menjalankan peran ini. Hal ini disebabkan oleh charisma mereka yang dapat menginspirasi para followernya.
Ing madya mangun karsa. Filosofi ini berarti bahwa seorang leader harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah followernya sebagai pemberi semangat, motivasi, dan stimulus agar follower dapat mencapai kinerja yang lebih baik. Melalui filosofi ini, jelas bahwa seorang leader harus mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan followernya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, akan memotivasi follower untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Teori-teori motivasi memiliki peranan penting bagi seorang leader untuk mengaplikasikan peranan sesuai filosofi kedua ini.
Tut wuri handayani. Filosofi yang terakhir ini memiliki makna bahwa seorang leader tidak hanya harus memberikan dorongan, namun juga memberikan arahan untuk kemajuan organisasi. Arahan di sini berarti leader harus mampu mengerahkan usaha-usaha followernya agar sejalan dengan visi, misi, dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Sebagai dasarnya, leader nilai-nilai organisasi harus tertanam kuat dalam diri masing-masing anggota.
Ketiga filosofi di atas saling berkaitan dan tidak dapat ditinggalkan salah satunya. Sebagai contoh, usaha seorang leader untuk menanamkan nilai-nilai organisasi kepada followernya. Dalam hal ini, seorang leader tidak bisa begitu saja mendorong dan mengarahkan perilaku followernya agar sesuai dengan nilai-nilai organisasi (tut wuri handayani). Namun, leader tersebut juga harus mampu memberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilai organisasi telah tertanam dalam dirinya (ing ngarsa sung tuladha). Sembari memberi contoh, leader juga harus mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut ke tengah-tengah followernya, dan memotivasi mereka untuk bertindak sejalan dengan nilai-nilai itu (ing madya mangun karsa).
Bila dilihat dari budaya bangsa menurut dimensi-dimensi Hofstede, akan ditemukan kesesuaian antara budaya kita, filosofi dari Ki Hajar Dewantara, dan gaya kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia. Salah satu dimensi Hofstede, yaitu Power Distance Index (PDI) menunjukkan nilai yang tinggi pada budaya di Indonesia. Jarak kekuasaan yang tinggi mengindikasikan bahwa anggota-anggota dalam organisasi menerima adanya kekuasaan atau wewenang yang tidak didistribusikan secara merata. Nilai yang tinggi dalam dimensi ini berarti bahwa arahan dari leader merupakan sesuatu yang diinginkan dari para follower. Leader dituntut untuk bisa memberikan arahan dan pengawasan bagi para followernya. Hal ini kita jumpai pada salah satu filosofi di atas, yaitu tut wuri handayani.
Penerapan lain dari filosofi-filosofi tersebut dapat dilihat pada AXA Indonesia, suatu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Perusahaan ini sukses meraih penghargaan sebagai “Perusahaan Ternyaman Pilihan Karyawan Nomor Satu di Indonesia” dalam ajang Employer of Choice di tahun 2010. AXA Indonesia unggul berkat komunikasi dua arah yang intensif dan terbuka. Komunikasi merupakan elemen penting bagi leader dalam memotivasi, memberikan semangat, dan ide untuk para follower. Hal ini sesuai dengan konsep filosofi “ing madya mangunkarsa”.
Beberapa uraian di atas menjelaskan kepemimpinan yang ideal bagi bangsa Indonesia, dilihat dari segi nilai-nilai asli budaya bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah bangsa dapat membawa kita pada kesimpulan menarik mengenai berbagai hal. Salah satunya adalah dalam hal kepemimpinan. Sangat menarik mengetahui bahwa kepemimpinan yang ideal bagi bangsa ini bahkan telah ditemukan dan disusun sejak lama oleh Ki Hajar Dewantara melalui 3 filosofi singkatnya. Ing ngarsa sung tuladha. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.Dalam mencapai tujuan bersama seorang pemimpin harus menjalankan amanah sesuai yang diharapkan oleh para anggotanya. Begitupun para anggotanya harus dapat berkoordinasi dan mendukung segala jenis program yang ditetapkan oleh pemimpinnya dalam mencapai suatu tujuan untuk kepentingan bersama.

3.2 Harapan
Pemimpin Bersih dan Bebas. Pemimpin 2014 mendatang, selayaknya tidak pernah punya hubungan dengan pemimpin terdahulu apalagi pernah memangku jabatan pada masanya. Artinya, agar benih-benih dosa masa lalu berupa korupsi tidak sempat tertanam apa lagi sampai mendarah daging sehingga tertular kepada pemimpin yang baru terpilih nanti.
Pemimpin Muda. Teringatlah kita pada sebuah slogan "Yang Muda Yang Memimpin". Ini merupakan refleksi kebosanan terhadap program-program tokoh-tokoh tua yang selalu saja mengumbar janji palsu dan lihai mengelabui rakyat. Oleh sebab itu, diharapkan pemimpin muda ini mampu berkarya dan berkreatifitas membawa negeri ini ke arah yang bersih dari persoalan korupsi dan kolusi serta nepotisme yang pada gilirannya bermuara pada keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran.
Pemimpin Religius. Bahwa faktor ini adalah faktor yang tentunya tidak bisa diabaikan, sebab filter pemimpin yang berkualitas merupakan taat terhadap agamanya dan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sudah barang tentu, yang dikatakan religius dini bukanlah sekedar simbol. Misalnya, calon pemimpin dari kalangan muslim, memakai pakaian gamis/bersurban, berjenggot, menyambambangi pesantren ketika dekat masa pemungutan suara atau jika calonnya dari seorang kristiani, sering ke gereja tiap minggu, dan sebagainya calon dari agamas lain. Hemat saya, bukan itu inti dari religius. Namun, religius tersebut terbit dari keikhlasan pribadi yang melaksanakannya, bukan pamer dengan simbol-simbol. Masyarakat telah mampu dan pintar untuk menilai itu nantinya dan dari sudut inilah diberikan harapan dalam bingkai bineka tunggal ika untuk melaksanakan kebebasan beragama dan bertoleransi.
Seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya, juga perlu jujur dan cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya. Dalam kehidupan umum pun ada falsafah yang menjelaskan tentang The Right Man on the Right Place (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya). 
Punya Rasa Malu. Dalam praktek kita dapat temukan karakter pemimpin yang tidak punya malu. Misalnya, seorang mantan pemimpin yang tersandung masalah hukum sebut saja korupsi, padahal vonis hukuman  yang dijatuhkan kepadanya belum selesai dijalani. Tetapi, dalam suksesi pemilu yang sedang berlangsung, dia turut meramaikan bursa calon pemimpin. Nah, secara logis, seyogyanya yang bersangkutan malu. Bagaimana mungkin pula rakyat memilih mantan pemimpin yang korup dan saat ini berstatus nara pidana. Meskipun,konteks hak asasi manusia dan konstitusi memberi jaminan dan perlindungan hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Namun, apalah jadinya republik ini, jika koruptor menjadi pemimpin (presiden). Seharusnya, seorang pemimpin memiliki sikap yang berwibawa, agar rakyat yang dipimpinnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya.
Pemerataan Kesempatan. Poin ini tidaklah bermaksud untuk mendeskreditkan suku atau daerah lain. Faktanya, bahwa sejak zaman orde lama sampai orde reformasi saat ini, tercatat dalam sejarah bangsa yang pernah dan selalu memimpin republik ini selalu putra/putri berasal dari sekitar pulau dimana ibu kota republik ini berada. Sudah barang tentu, kami berharap pada 2014 yang akan datang akan muncul tokoh baru dari daerah lain sesuai dengan kriteria tersebut diatas.


22.05 - 1 comment

Tinjauan Pustaka Stimulasi Listrik

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat organoleptik, terutama pada daging segar, merupakan aspek yang penting diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan konsumen dalam memilih daging. Biasanya konsumen akan lebih mudah memilih daging melalui penampilan secara fisik yang meliputi warna, tekstur, kekilapan, kebasahan serta intensitas aroma daging segar. Penampilan daging banyak dipengaruhi oleh faktor selama pemeliharaan, penanganan sebelum pemotongan hingga penanganan setelah pemotongan (Suryati dkk, 2006). Ho et al dan Lee et al dalam Suryati (2006) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penampilan daging selama proses sebelum pemotongan adalah perlakuan transportasi dan istirahat yang dapat menentukan tingkat cekaman (stress) pada ternak yang pada akhirnya akan menentukan kualitas daging yang dihasilkan. Faktor penanganan setelah pemotongan yang telah diteliti dapat mempengaruhi kualitas daging adalah perlakuan stimulasi listrik.
Swatland, Locker, dan Dutson dalam Suryati dkk (2004) mengemukakan bahwa kualitas merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam produksi daging. Kualitas daging salah satunya ditentukan oleh sifat fisiknya, antara lain: keempukan dan susut masak. Keempukan dapat diukur dengan nilai daya putus Warner-Bratzler (WB). Keempukan sangat berkaitan erat dengan status panjang sarkomer otot. Daging dengan sarkomer yang lebih pendek setelah fase rigormortis memiliki tingkat kealotan lebih tinggi dibanding yang sarkomernya tidak mengalami pemendekan. Miofibril terdiri dari sejumlah besar protein miofilamen yang terdiri atas filamen tebal (miosin) dan filamen tipis (aktin). Sesama filamen tipis saling berhubungan membentuk pita terang (pita I). Sesama filamen tebal saling berhubungan dengan membentuk satu pita berwarna gelap (pita A). Sebagian filamen tebal dan tipis bertumpang tindih sehingga terbentuk bagian yang lebih padat dan bagian yang kurang padat pada pita A, disebut zona H. Tempat tertautnya filamen tipis atau garis Z akan menyeberangi miofibril pada pusat pita I. Bagian miofibril yang terletak di antara dua garis Z disebut sarkomer (Priadi, 2009).  Chrystall dan Devine dalam Suryati dkk (2004) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas daging dan mencegah pemendekan otot karena penyimpanan suhu dingin dapat dilakukan dengan pemberian stimulasi listrik (SL) pada karkas. Penelitian SL terhadap karkas dengan berbagai voltase, dari voltase rendah sampai sangat tinggi telah dilakukan. Demikian juga dengan waktu dan lama waktu pemberian SL yang bervariasi.

Lawrie dalam Sunarlim dkk (2004) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan mutu daging agar lebih empuk serta timbulnya flavor daging adalah dengan melakukan stimulasi listrik (electric stimulation) segera setelah pemotongan. Prinsip stimulasi listrik adalah mempercepat proses glikolisis pascamati (post mortem), mempercepat habisnya ATP (adenosin trifosfat) dan penurunan pH selama konversi otot menjadi daging. Proses glikolisis menyebabkan terurainya ATP menjadi ADP (Adenosin difosfat) dan hipoksantin yang merupakan salah satu komponen flavor dalam daging. Unrich et al dalam Sunarlim dkk (2004) menyatakan bahwa, pH daging dalam keadaan rendah akibat terbentuknya asam laktat, menyebabkan gugus reaktif protein berkurang sehingga banyak air daging lepas. Savell et al dalam Sunarlim (2004) berpendapat bahwa, keempukan daging diperoleh dari stimulasi listrik akibat struktur otot menjadi rusak sehingga ikatan kolagennya lemah serta terjadinya peningkatan aktifitas proteolitik. Pearson dan Dutson dalam Sunarlim dkk (2004) juga berpendapat bahwa,hal ini ada kaitannya dengan rusaknya enzim lisosomal yang masuk kedalam intracelular dan intercelular sehingga terjadi pengempukan daging.

22.02 - No comments

Tinjauan Pustaka Pengukuran (Fisika)

TINJAUAN PUSTAKA
            Pengukuran atau mengukur adalah suatu kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan. Jangka sorong adalah salah satu alat untuk mengukur panjang dengan ketelitian sampai 0,1 mm atau 0,01 cm (Sisyanto,2012). Jangka sorong memiliki dua bagian utama, yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap terdapat skala panjang yang  disebut skala utama, sedang pada rahang sorong terdapat skala panjang yang disebut skala vernier atau nonius. Skala nonius terdiri dari 10 bagian yang panjangnya 9mm. Dengan demikian, tiap skala nonius memiliki panjang 0,9mm. Selisih satu skala utama dengan satu skala nonius sama dengan 1mm – 0,9mm = 0,1mm. Selisih sebesar 0,1mm inilah yang disebut ketelitian jangka sorong (Foster, 2004). Contoh penggunaan jangka sorong yaitu pada pengukuran indeks telur dengan mengukur panjang dan lebar diameter telur.
Bentuk telur dinyatakan dengan Indeks Telur, yaitu perbandingan antara diameter lebar dan diameter panjang telur. Nilai Indeks Telur bervariasi.    Bobot telur yang ditetaskan dan indeks bentuk telur dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok (Wardiny, 2002). Paimin dalam Wardiny (2002) menyatakan bahwa, nilai indeks bentuk telur sebenarnya berpengaruh pada daya tetas. Hasil penelitian membuktikan bahwa telur yang bulat oval, telur dengan indeks bentuk telur 75% dapat menetas jingga 70 – 75%, sedangkan telur yang bentuknya lebih bulat atau terlalu panjang (lonjong) daya tetas hanya mencapai 30 – 35%. Hal ini disebabkan karena isi dari bagian telur tidak seimbang. Haugh Unit yaitu hubungan antara tebal atau tinggi albumen dengan keseluruhan bobot telur, merupakan dasar pengukuran indeks mutu telur (Mampioper dkk, 2008).

Pemanenan telur dilakukan dengan tenang (tidak tergesa-gesa) dengan memasukkan telur pada egg tray. Bila telah selesai, segera bawa keluar dari kandang untuk mengurangi kontaminasi dengan kotoran itik di dalam kandang. Dalam penanganan telur yang baru keluar dari tubuh itik, hal yang harus diperhatikan adalah lamanya telur dalam sarang atau lantai kandang. Makin lama telur berada dalam sangkar apalagi di lantai kandang, makin besar kemungkinan telur tercemar bakteri. Jadi, sebaiknya telur diambil atau dipanen secepatnya (Supriyadi, 2011). Kebutuhan masyarakat akan telur setiap tahun mengalami peningkatan. Telur yang dihasilkan setiap hari cukup disimpan di rak telur dengan posisi penyimpanan telur yang benar (bagian yang runcing di bawah) dan disimpan pada suhu yang tidak lembab dapat mempertahankan masa penyimpanan telur sebelum dijual pada pedagang besar yang kemudian menjual telur tersebut kepada konsumen (Mappigau dan Esso, 2011).

21.50 - No comments

Makalah SistemSyaraf Otot (Fister)

MAKALAH
FISIOLOGI TERNAK

“SISTEM SYARAF OTOT”











Oleh :
KELOMPOK         : 6
KELAS                   : C






LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
MAKALAH
FISIOLOGI TERNAK


“SISTEM SYARAF OTOT”





Oleh :
1.    Maulana                                                  NIM D1E012021
2.    Akhmad Fikri As-Shiddiqi                    NIM D1E012026
3.    Syapar Wiyati Tri Utami                       NIM D1E012043
4.    Eka Yulia                                                NIM D1E012045
5.    Siti Mustonah                                          NIM D1E012047
6.    Khaeru Ibnu Majid                                NIM D1E012141
7.    Rian Nur Hidayat                                   NIM D1E012204
8.    Himmah Alawiah                                   NIM D1E012220








LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
I.     PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hewan tingkat tinggi memiliki komunikasi intrasel yang kompleks dan amat cepat, hal itu ditengahi oleh impuls-impuls syaraf. Neuron-neuron (sel-sel syaraf) secara elektrik menghantarkan sinyal (impuls) melalui bagian syaraf yang terjulur memanjang (sekitar 1 mm pada hewan berukuran besar). Impuls tersebut berupa gelombang-gelombang berjalan yang berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot (juga neuron kelenjar) seringkali dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (penghantar impuls syaraf). Perubahan permeabilitas yang spesifik ion itu (hanya khusus ion tertentu) disebabkan oleh adanya protein membran transaxonal. Protein tersebut berfungsi sebagai saluran-saluran spesifik ion (ion Na atau ion K) yang sensitif terhadap beda potensial. Kita dapat menyebutnya dengan voltage-sensitive channels (saluran yang terbuka hanya jika dikenai kenaikan tegangan). Saat suatu impuls syaraf (pemunculan arus listrik yang tiba-tiba) mencapai suatu daerah axon, beda potensial transmembran akan lebih positif sehingga memicu terbukanya saluran-saluran ion Na (yang bersifat sensitif terhadap tegangan) secara transien (mendadak). Akibatnya, ion Na  berebutan masuk ke dalam sel syaraf sejumlah 6000 ion per 1ms untuk tiap saluran. Ini jelas merupakan peningkatan permeabilitas ion Na atau PNa dan peningkatan ini membuat beda potensial transmembran meningkat.
Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat. Sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi. Sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba sebelum respon terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan dan menghasilkan respon yang lebih besar. Jika otot menerima suatu rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi summasi yang lebih besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Jika laju perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang halus dan bertahan lama yang disebut tetanus.
Saat sel saraf dalam keadaan istirahat (reseptor tidak dirangsang), membran sel dalam keadaan impermeable terhadap ion. Jika sel saraf dirangsang, maka saluran ion akan terbuka. Ion natrium akan masuk ke dalam sel dan ion kalium bersama ion Cl akan keluar dari dalam sel. Muatan ion di dalam sel menjadi lebih positif dan muatan ion di dalam sel menjadi lebih negatif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Membran sel dalam keadaan permeable terhadap ion. Perjalanan impuls syaraf dapat diblokir oleh rangsang dingin, panas, atau tekanan pada serabut saraf. Pemblokiran yang sempurna dicapai dengan memberikan zat anastetik.

1.2 Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan sistem syaraf otot?
2.    Sebutkan dan Jelaskan macam-macm otot beserta fungsinya !
3.    Apa yang dimaksud dengan kontraksi dan relaksasi? Bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi otot?
4.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot?
5.    Bagaimana sistem syaraf otot bekerja ?   








II. ISI

1.    Sistem syaraf otot
      Sistem otot adalah sistem organ pada hewan dan manusia yang mengizinkan makhluk tersebut bergerak. Sistem otot pada vertebrata dikontrol oleh sistem syaraf, walaupun beberapa otot (seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom. Sistem syaraf adalah suatu sistem tubuh yang merupakan adaptasi tubuh terhadap rangsangan yang diterima. Medulla spinalis pada katak merupakan pusat gerak refleks katak, karena pada saat medulla spinalis katak di rusak, maka katak tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan. Menurut Tetty Setiowati, sistem syaraf pada katak berupa otak yang berbentuk langsing atau memanjang untuk menyesuaikan diri dengan habitatnya di darat dan di air. Bagian otak yang berkembang dengan baik ialah otak tengah yang tumbuh membentuk gelembung. Otak tengah berfungsi sebagai pusat penglihatan. Pusat pembau pada katak kurang berkembang.
      Sistem syaraf tersusun oleh berjuta-juta sel syaraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi. Syaraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Sistem syaraf terdiri dari jutaan sel syaraf (neuron), neuron adalah kesatuan struktural dan fungsional sistem syaraf. Fungsi sel syaraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya mengandung Inti sel yang besar dan berbentuk seperti pembuluh dengan membran yang tipis. Inti sel mengandung satu anak inti besar yang kaya akan RNA (Asam Ribo Nukleat) dan Sitoplasma yang disebut Neuroplasma (Pratiwi, 1996).

2.    Macam-macam Otot dan Fungsinya
      Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Secara anatomis, otot terdiri dari dua filamen (benang) dasar, yaitu aktin dan miosin. Miosin berstruktur tebal, sedangkan aktin berstruktur tipis. Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.  Otot lurik atau kerangka
Otot lurik disebut otot kerangka karena jika dilihat dari mikroskop tampak adanya daerah gelap dan terang berselang seling. Otot lurik pada umumnya menempel pada tulang sebagai daging. Ciri-ciri otot rangka, yaitu bentuk sel silindris, memanjang, mempunyai banyak inti sel, dan  bekerja di bawah kesadaran, artinya menurut perintah dari otak. Kontraksi otot rangka memungkinkan adanya aksi yang disengaja, seperti berlari atau berenang. Otot lurik  ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal oesophagus, dan sebagian otot wajah. Fungsi dari otot lurik  adalah pusat aktivitas tubuh secara sadar.
2.  Otot polos
Setiap serabut otot polos adalah sel tunggal berbentuk gelendong dengan satu nukleus, sel-sel itu tersusun dalam lembaran. Otot polos juga disebut otot tak berlurik karena tidak tampak adanya lurik melintang di bawah mikroskop cahaya. Otot polos dapat berkontraksi secara spontan, tetapi terutama dikendalikan oleh neuron motor dari sistem syaraf simpatik dan parasimpatik. Kerja otot polos jauh lebih lambat daripada kerja otot kerangka. Otot polos memerlukan waktu antara tiga detik sampai tiga menit untuk berkontraksi. Otot polos berbeda dengan otot kerangka dalam kemampuannya untuk tetap berkontraksi pada berbagai panjang. Keadaan ini disebut dengan tonus. Tonus (otot) adalah kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri. Otot polos bekerja di luar kesadaran. Kontraksi otot polos dapat melaksanakan bermacam-macam tugas, seperti meneruskan makanan dari mulut ke saluran pencernaan dan mengeluarkan urine. Otot polos  terdapat pada sistem pernapasan, sistem reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Otot polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri.
3.  Otot jantung
Otot jantung tersusun dari sel-sel otot yang mirip dengan otot lurik, namun otot jantung mempunyai percabangan. Sel-sel otot jantung mempunyai banyak inti dan terletak di tengah serabut. Otot jantung merupakan otot yang mempunyai keistemawaan, yaitu bentuknya lurik, tetapi bekerja seperti otot polos, yaitu di luar kesadaran atau di luar perintah otak. Kerja otot ini dipengaruhi oleh syaraf otonom. Otot jantung membentuk dinding jantung sehingga jantung bekerja seumur hidup manusia. Kerja otot jantung tidak dipenaruhi kehendak kita. Otot jantung bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti denyut jantung.

3. Kontraksi dan Relaksasi Otot
Kontraksi otot adalah proses terjadinya pengikatan aktin dan miosin sehingga otot memendek. Aktin merupakan bentuk jaring otot yang berfungsi untuk membentuk permukaan sel, pigmen penyusun otot yang berdinding tipis, protein yang merupakan unsur kontraksi dalam otot, sedangkan miosin adalah protein dalam otot yang mengatur kontraksi dan relaksasi filamen penyusun otot yang berdinding tebal. Otot memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Kontraktibilitas, yaitu kemampuan untuk memendek;
b. Ekstensibilitas, yaitu kemampuan untuk memanjang;
c. Elastisitas, yaitu kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek atau memanjang.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Tahap selanjutnya, tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, dan ADP-Pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang terjadi di dalam otot. Proses itu akan diikuti dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin. Penggabungan ini memacu penggabungan miosin dan aktin menjadi akto-miosin. Terbentuknya akto-miosin menyebabkan sel otot memendek (berkontraksi) pada plasma sel, ion kalsium akan berpisah dari troponium sehingga aktin dan miosin juga terpisah dan otot akan kembali relaksasi. Saat kontraksi, filamen aktin akan meluncur atau mengerut diantara miosin ke dalam zona H (Zona H adalah bagian terang antara 2 pita), dengan demikian serabut otot memendek atau yang tetap panjang adalah pita A (pita Gelap), sedangkan pita I (pita terang) dan zona H bertambah pendek pada saat kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisis menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang, kemudian simpanan energi miosin dilepaskan dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah pada saat ini terjadi relaksasi. Mekanisme otot ketika berelaksasi, relaksasi terjadi jika ion-ion Ca++ dipompa lagi masuk ke dalam retikulum sarkoplasma secara transport aktif dengan bantuan ATP, sehingga binding site aktin kembali tertutupi oleh tropomiosin, cross bridge tidak dapat terjadi dan relaksasi terjadi.

4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi
Kontraksi otot dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a.    Treppe
Treppe (atau disebut juga Staircase Effect), yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan yang berselang beberapa detik, pengaruh ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion Ca++ di dalam serabut otot yang meningkatkan pola aktivitas miofibril.
b.    Summasi
Summasi merupakan hasil penjumlahan kontraksi 2 jalan, yaitu summasi unit motor berganda dan summasi gelombang. Summasi unit motor berganda (Multiple Motor Unit Summation) terjadi apabila lebih banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara stimultan pada otot. Oleh karena itu, semakin banyak serabut otot dan berkas-berkasnya yang berkontraksi dan menghasilkan kekuatan yang lebih besar di dalam otot secara keseluruhan. Summasi gelombang (Wave Summation) terjadi apabila frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada unit-unit motor. Jadi, frekuensi rangsangan sedemikian rupa sehingga kontraksi yang pertama belum juga selesai meski kontraksi berikutnya sudah mulai.
c.    Tetani (tetanus)
Tetani terjadi apabila frekuensi stimulasi (summasi gelombang) menjadi demikian cepat sehingga tidak ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan tegangan kontraksi, tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah tercapai.
d.   Fatigue
Fatigue merupakan menurunnya kapasitas bekerja yang disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri (ATP total yang tersedia jumlahnya menurun, tenaga untuk kontraksi menurun juga dan otot akan semakin melemah). Menurunnya kekuatan kontraksi setelah berlangsungnya stimulasi yang berkepanjangan disebut sebagai Muscle fatigue (kelelahan otot), sedangkan kontraksi otot menekan pembuluh darah di dalam otot dan oleh karenanya menurunkan suplai atau aliran darah apabila terjadi kontraksi yang berkepanjangan disebut sebagai Ischemia (kekurangan darah). Cramp otot, yaitu ischemia disertai menumpuknya asam laktat.
e.    Rigor dan Rigor Mortis
Rigor, yaitu kelelahan yang  berlebihan. Hal ini terjadi apabila sebagian terbesar ATP di dalam otot telah dihabiskan, kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke dalam retikulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaan kalsium. Oleh karena itu, relaksasi tidak bisa terjadi karena filamen aktin dan miosin terikat dalam suatu ikatan yang erat.
Rigor mortis pada dasarnya sama dengan rigor, kecuali terjadi beberapa jam setelah kematian. Rigor mortis terjadi apabila ATP tidak lagi tersedia, otot kehilangan tonus, dan kalsium sedikit demi sedikit dilepaskan dari retikulum sarkoplasma. Tonus, yaitu tegangan ditunjukkan oleh semua otot pada saat istirahat.

5. Sistem syaraf otot bekerja pada katak
Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada sistem rangka.  Menurut Tobin (2005), otot terdiri atas bundel-bundel sel otot. Setiap bundel berada di dalam lembaran jaringan ikat yang membawa pembuluh darah dan syaraf yang menyuplai kebutuhan otot tersebut. Setiap ujung otot, lapisan luar dan dalam dari jaringan ikat bersatu menjadi tendon yang biasanya menempel pada tulang. Otot rangka memiliki empat karakteristik fungsional, sebagai berikut :
1. kontraktilitas, yaitu kemampuan untuk memendek karena adanya gaya;
2. eksitabilitas, yaitu kapasitas otot untuk merespon sebuah rangsang;
3. ekstensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang;
4. elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah mengalami pemanjangan.  
Kerja sistem syaraf otot katak berasal dari medulla spinalis yang merupakan pusat gerak refleks katak, karena ketika saat medulla spinalis dirusak maka katak tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan. Reflek gerak pada ektremitas (tungkai) berpusat di sumsum tulang belakang. Jalannya impuls pada gerak reflek, yaitu : reseptor–syaraf sensoris (melalui lengkung dorsal)–medulla spinalis–syaraf motoris(melalui lengkung ventral)–efektor. Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat. Sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi. Menurut Campbell (2004), sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot yang berlangsung sekitar 100milidetik atau kurang yang disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi kedua tiba sebelum respon terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan  dan menghasilkan respon yang lebih besar. Jika otot menerima suatu rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi summasi yang lebih besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Jika laju perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang halus dan bertahan lama yang disebut tetanus. Saat sel syaraf dalam keadaan istirahat (reseptor tidak dirangsang), membran sel dalam keadaan impermeabel terhadap ion. Jika sel syaraf dirangsang, maka saluran ion akan terbuka. Ion natrium akan masuk ke dalam sel dan ion kalium bersama ion Cl akan keluar dari dalam sel. Muatan ion di dalam sel menjadi lebih positif dan muatan ion di dalam sel menjadi lebih negatif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Membran sel dalam keadaan permeable terhadap ion. Perjalanan impuls syaraf dapat diblokir oleh rangsang dingin dan panas atau tekanan pada serabut saraf. Pemblokiran yang sempurna dicapai dengan memberikan zat anastetik.




















III. KESIMPULAN

1.      Sistem otot adalah sistem organ pada hewan dan manusia yang mengizinkan makhluk tersebut bergerak. Sistem otot pada vertebrata dikontrol oleh sistem syaraf, walaupun beberapa otot (seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom.
2.      Sistem syaraf adalah suatu sistem tubuh yang merupakan adaptasi tubuh terhadap rangsangan yang diterima. Fungsi sel syaraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
3.      Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik atau otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
4.      Kontraksi otot terjadinya pengikatan aktin dan miosin sehingga otot memendek, sedangkan relaksasi terjadi ketika simpanan energi miosin dilepaskan dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot adalah treppe, summasi, tetani, fatigue, rigor, dan rigor mortis.
6.      Pada katak sistem saraf otot bekerja berasal dari medulla spinalis yang merupakan pusat gerak refleks katak, karena ketika saat medulla spinalis dirusak maka katak tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan.







DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Http://sep89.blogspot.com/2011/09/kontraksi-otot.html Diposkan oleh Sep Blog Spot di 07.21.
Kimball, John W. 1994. Biologi  jilid 2 edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Pratiwi, D.A. 1996. Biologi 2. Erlangga. Jakarta.
Sari, Lela Juwita. 2008. Fisiologi Sistem Saraf pada Katak. UNJ. Jakarta.
Seeley, R. R., dkk. 2003. Essentials of  Anatomy dan Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies.
Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta.
Syamsuri, Istamar. 2003.Biologi 2000. Erlangga. Jakarta.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole. Canada.