21.41 -
No comments
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontraksi Otot
1. Treppe (atau disebut juga Staircase Effect), yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang
kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan yang berselang beberapa
detik, pengaruh ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi ion Ca++
di dalam serabut otot yang meningkatkan pola aktivitas miofibril.
2. Summasi merupakan hasil penjumlahan kontraksi 2 jalan, yaitu
summasi unit motor berganda dan summasi gelombang. Summasi unit motor berganda (Multiple Motor Unit Summation) terjadi
apabila lebih banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara
stimultan pada otot. Oleh karena itu, semakin banyak serabut otot dan berkas-berkasnya
yang berkontraksi dan menghasilkan kekuatan yang lebih besar di dalam otot
secara keseluruhan. Summasi gelombang (Wave Summation) terjadi apabila
frekuensi stimulasi ditingkatkan kepada unit-unit motor. Jadi, frekuensi
rangsangan sedemikian rupa sehingga kontraksi yang pertama belum juga selesai
meski kontraksi berikutnya sudah mulai. Dua kontraksi itu menjadi aditif yang
tentunya meningkatkan kekuatan kontraksi.
3. Tetani (tetanus) terjadi apabila frekuensi stimulasi
(summasi gelombang) menjadi demikian cepat sehingga tidak ada
peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan tegangan
kontraksi, tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah tercapai.
4. Fatigue merupakan menurunnya kapasitas bekerja yang
disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri (ATP total yang tersedia jumlahnya
menurun, tenaga untuk kontraksi menurun juga dan otot akan semakin melemah).
Muscle fatigue (kelelahan otot) menurunnya kekuatan kontraksi setelah
berlangsungnya stimulasi yang berkepanjangan. Ischemia, kontraksi otot menekan pembuluh darah di dalam otot dan oleh karenanya
menurunkan suplai atau aliran darah apabila terjadi kontraksi yang
berkepanjangan. Cramp otot, yaitu ischemia disertai menumpuknya asam laktat.
5. Rigor dan Rigor Mortis
Rigor kelelahan yang
berlebihan , hal ini terjadi apabila sebagian terbesar ATP dari dalam
otot setelah dihabiskan, kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke dalam
reticulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaankalsium. Oleh karena itu,
relaksasi tidak bisa terjadi karena filamen aktin dan myosin terikat dalam
suatu ikatan yang erat.
Rigor mortis pada dasarnya sama dengan rigor, kecuali
terjadi beberapa jam setelah kematian. ATP tidak lagi tersedia, otot kehilangan
tonus, dan kalsium sedikit demi sedikit dilepaskan dari reticulum sarkoplasma.
Tonus yaitu tegangan ditunjukkan oleh semua otot pada saat istirahat.
source: Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar